Masuk 81, disambut sama kakak-kakak berjas, punya berwibawa,
terkesan besar dan tinggi. Jasnya ada dua macam, yang warna kuning sama
abu-abu. Jujur di sana lah aku pertama kali terkesan banget sama yang namanya
Pengurus OSIS, yang kemudian aku tau nama kabinetnya Devakara Varcasveda atau
Varca. Di sana, aku bertekad, tahun depan aku harus jadi Pengurus OSIS!
Upacara bendera, tapi ngga boleh langsung pulang, katanya
ada pelantikan Pengurus OSIS yang baru. Aku nonton dan di sana, aku merinding
lihat prosesi pelantikan Viprazura Namrasthira sekaligus demisioner Varca.
Keliatannya keren banget. di situ aku makin bertekad kalo tahun depan aku harus
jadi Pengurus OSIS!
Trip Observasi yang kucinta, SMA 81 Jakarta. Nggak tau, ini
program dari mana asal-usulnya, program terbaik yang pernah ada di SMA. Ceritanya kami seangkatan turun ke desa, melakukan penelitian, penjelajaha, sekalian ditatar sama kakak PO nya. Yang cowok botak, yang cewek kuncir dua belah tengah. Kojel deh. Tapi seru nggak ada obat.
Kamit aku kakak Zura, namanya kak Bima, jabatannya ketua seksi 1, Ketakwaan Terhadap Tuhan YME. Regu TO aku, Zeno, sayang banget sama kak Bima. Di sini aku juga liat salah satu kerjaan Pengurus OSIS dari deket. Jujur, aku makin pengen jadi PO. Aku janji sama kak Bima, kalo aku akan daftar capsis tahun depan!
Pulang TO, aku minta tanda tangan kakak-kakak Zura di nametag-ku. Banyak juga yang tulis "semangat capsis, Alya," "go go capsis pensador," "ditunggu di capsis 2011 ya!" dan sebagainya sebagainya.
Kamit aku kakak Zura, namanya kak Bima, jabatannya ketua seksi 1, Ketakwaan Terhadap Tuhan YME. Regu TO aku, Zeno, sayang banget sama kak Bima. Di sini aku juga liat salah satu kerjaan Pengurus OSIS dari deket. Jujur, aku makin pengen jadi PO. Aku janji sama kak Bima, kalo aku akan daftar capsis tahun depan!
Pulang TO, aku minta tanda tangan kakak-kakak Zura di nametag-ku. Banyak juga yang tulis "semangat capsis, Alya," "go go capsis pensador," "ditunggu di capsis 2011 ya!" dan sebagainya sebagainya.
Pendaftaran capsis tahun ini telat banget, dan yang pegang acara
bukan kabinet Pengurus OSIS yang akan digantiin, melainkan KPPO. Berhubung aku
memang dari SD pengen jadi ‘anak OSIS’, serta first impression dari Varca, prosesi pelantikan, dan acara TO, ya aku
daftar aja. Kebetulan Nabila juga mau daftar, jadi ya ada temen lah.
Tapi… ada yang salah nih. Yang daftar dikit banget. super
dikit. Nggak ngerti lagi. Ah sebodo teuing lah, mungkin nanti di
belakang-belakang pada rame yang daftar. Akhirnya aku ambil formulir, dan
ngelengkapin berkas tanpa ada feeling apa-apa.
H-1 Pengumpulan Formulir
“Jujur aku nggak suka
kamu ikut gini-ginian.”
“Aku emang mau ikut
ini kok, sejak aku masih kecil. Kamu nggak bisa ngehalangin aku gitu aja.
Lagian emang kenapa sih?”
“Aku…aku cuma takut.
Takut banget sih. Takut kehilangan kamu.”
“Kita udah sering bahas ini.” Mataku mulai
panas. Aku diem. Aku sodorin map isi berkas-berkas pendaftaran capsis yang udah
lengkap ke dia. “Kalo kamu emang nggak mau, ambil ini, buang. Buang aja.”
Dia diam. Dia ambil formulir yang dari tanganku yang sudah tergantung di udara di atas tempat sampah. “Aku emang
nggak suka. Tapi aku nggak egois. Nggak apa-apa kamu daftar aja.”
Agustus 2011
Setelah ngelewatin wawancara, akhirnya ditetapkanlah 14
orang yang (nggak) beruntung ini sebagai calon-pengurus-OSIS (capsis). Kami
disuruh bikin nametag. Dan ikut LDKS. Di sini aku kenalan sama 13 orang yang
lain. Mungkin beberapa aku emang udah kenal, dan sisanya aku cuma tau doang. Di
sini aku akhirnya kenal sama yang namanya Dito Cae, Daniel, Rere, Resha, Vena,
Kharisma, Inung, Aulia, Milka, sementara yang emang udah aku kenal dari awal
Nabila, Goldy, Irin, Kris. Setelah LDKS, kita dikumpulin untuk nentuin siapa cakapo
dan cawakapo. Yang dari awal mau jadi cakapo adalah Daniel sama Goldy, dan
dua-duanya mau wakilnya Cae. Cae mau jadi wakil tapi dia bingung mau jadi
wakilnya siapa. Setelah debat sana sini, rembukan ini itu, pengarahan segala
rupa, akhirnya ditentukan ada 3 pasang cakapo dan cawakapo: Daniel-Cae,
Goldy-Kharisma, Aulia-Milka (yang ini aku gak tau asal usulnya). Nggak lama
kemudian kita orasi, terus pemilos. Yang kepilih Daniel sama Cae. Alhamdulillah
J ini kayanya favorit
semua orang.
Entah kenapa ya, semua jalan begitu cepet. Kenalan, bikin
nametag di rumah Kharisma, LDKS gratis yang bahagia dan damai di Rindam Jaya
bareng PraCista, pencalonan cakapo-cawakapo, orasi, pemilos, struktur kabinet…
dan semuanya tanpa campur tangan kakak Zura.
Biar begitu, kami kan udah di-LDKS-in ama guru, jadi udah
siap lah dilantik!
Senin, 19 September 2011
pelantikan Askra superkece #1 |
pelantikan Askra superkece #2 |
pelantikan Askra superkece #3 |
Awal November 2011
Proker pertama Askra, proker pertama seksi 2, proker pertama
AKU. 3 hari berturut-turut. Capek fisik mental hati. Di sini agak terasa
kesulitannya, aku dan lainnya bingung mau bikin gimana.
…Kita belom tau cara bikin proker!!
Aku sebagai ketua proker jelas paling bingung dan panik
ngehadapin hal ini. Akhirnya dengan berbekal bismillah, kira-kira yang
(kayaknya nggak) presisi, dan LPJ zura, kami bikin proker first impression ini.
Alhamdulillah ya, walaupun partisipannya agak kurang dari
yang diharapkan, tapi banyak yang komentar ini first impression yang baik.
Anyway, di balik
setiap kesuksesan, harus selalu ada yang dikorbankan.
Akhir November 2011
Salah satu tugas PO yang paling penting tapi tidak tertulis
dalam job description: mendidik angkatan bawah agar menjadi lebih baik. Di
waktu ini kami berkumpul, diskusi panjang lebar membicarakan angkatan 20, mulai
dari nama angkatan mereka, filosofinya, nametag angkatan, mau di bawa ke alur
bagaimana TO mereka, dsb dsb dsb. Berbelas-belas nama kami temukan untuk
mereka. Armada, Sirius, Centurion, dll dll….dan pada akhirnya, pilihan jatuh ke
satu nama, sederhana tapi penuh filosofi dan makna mendalam: Poseidon.
Poseidon, Sang Dewa Laut.
Desember 2011
Here it is, menuju acara yang paling dinanti-nanti tiap
warga 81: Trip Observasi yang kucinta SMA 81 Jakarta. Tapi…lho…
Lho…kok kami nggak dapet keterangan yang jelas?? Kok
wewenang kami terbatas banget?? Kok atribut TO nggak ditegasin?? KOK NGGAK ADA
PEMILIHAN KETUA ANGKATAN??? KOK CHARTA DIGANTI POWERPOINT???? KOK LOKASI TO DI
TENGAH KOTA DAN ADA ALFAMART NYA?????
Ujian kami di sini makin berat. Kami berusaha, terpaksa,
dipaksa, dan memaksa buat memperjuangkan
banyak hal.
Mulai dari pemilihan ketua angkatan. Kami dilempar kesana
kemari, cuma demi kejelasan bagaimana dan kenapa nggak ada ketua angkatan? Dan
ketika pada akhirnya kami dapat kesempatan buat ngebuka pikiran kami, alasan
yang diajukan pihak sekolah cuma secuil alasan super nggak logis dan nggak
masuk akal.
Lalu ketika terjadi pemilihan ketua angkatan, ada lagi ujian
baru: Charta dihapuskan dan diganti powerpoint. Kami nggak ngerti kenapa Trip
Observasi kali ini sangat melenceng dari prinsip dasar. Mati-matian kali ini,
kami, Askra, dan tentunya KIR, untuk membicarakan hal ini dengan para pemegang
kekuasaan di TO tahun ini. Charta bikin repot lah, charta tradisional lah, charta
nyampah lah, bla bla bla. Jujur kami kecewa sama pola pikir itu. Maksudnya,
salah satu tujuan Trip Observasi adalah untuk merendahkan hati dan membuat anak
tidak terlalu terbiasa untuk manja. Tapi ini? Segala rupa budaya konsumtif
dibawa ke desa. Selain itu, di mana tujuan untuk melatih kekompakan, kerja
sama, dan disiplin? Oh mungkin sekarang kiblatnya bukan kerja sama-sama, tapi sama-sama
kerja.
Jujur yang ini agak susah, jujur untuk hal ini aku super
duper maksa. Dan pada akhirnya, guru-guru dan kami sepakat untuk tetap
mengadakan charta tahun ini, tapi bukannya berjanji untuk juga meniadakan
charta tahun depan. Waktu aku masuk ke sekre, untuk bawa kabar ini, Askra yang
lain lagi pada kecapekan karena habis sosialisasi TO sekaligus coba peluit
pertama Poseidon. Biarpun agak dengan lemes, aku tetep berseri-seri waktu
dibilang “Bagus, Al. Gue bangga punya seksi 2 kayak lo.” Biarpun aku lupa siapa
yang bilang, tapi itu salah satu kalimat paling memorable sebagai penutup tahun
itu.
Anyway. Maaf sibuk.
Nyariin ya? L
Januari 2012
Rangkaian pembagian kamit, pembuatan nametag, ngecat
tongkat, pra-TO, TO… semuanya jalan cepat banget. Aku dapet demit regu 16,
Nereid. Jujur aku sayang mereka. Terlebih danrunya. Danru terbaik sepanjang
masa.
Secara keseluruhan, jujur, kami bahagia banget bisa ngejalanin TO ini. Kami bahagia jadi kamit, bisa ngedidik langsung adik kelas, bisa deket sama angkatan mereka. Tapi tanpa ada yang ngucapin, dan terbersit di hati kami ber14, TO ini gagal. Agak salah sih kalo dibilang gagal. Nggak kok, cuma nggak berjalan seperti apa yang kami harapin. Kami ngerasa semuanya nggak adil dan kami di-nggak-penting-in. Kami cuma dijadiin ‘pembantu guru’ yang bertugas menertibkan anak 200an orang ini.
Secara keseluruhan, jujur, kami bahagia banget bisa ngejalanin TO ini. Kami bahagia jadi kamit, bisa ngedidik langsung adik kelas, bisa deket sama angkatan mereka. Tapi tanpa ada yang ngucapin, dan terbersit di hati kami ber14, TO ini gagal. Agak salah sih kalo dibilang gagal. Nggak kok, cuma nggak berjalan seperti apa yang kami harapin. Kami ngerasa semuanya nggak adil dan kami di-nggak-penting-in. Kami cuma dijadiin ‘pembantu guru’ yang bertugas menertibkan anak 200an orang ini.
Jelas harapan dan doa untuk kelangsungan dan karakter angkatan mereka tetap ada. Kepercayaan juga sedikit-banyak kami tanamkan pada mereka. Selain itu, Euforia TO ada sih, tetep meriah, setidaknya untuk 2
bulan kedepan. Berikutnya? Let’s see.
Akhir Januari 2012
REVIVAL. REVIVAL PENSADOR. REVIVAL5.
Cuma itu yang muter-muter di otak kami. Resha, ketua Revival
paling idiot sepanjang sejarah (sorry for saying this dat:3), Caessara, the
vice berpartner dengan Abdi, Barly, Danang, as the other vices. Nabila dan Tya
as secretary, Goldy Puput as treasurer. Aulia dan Gladys mimpin acara. Milka
bareng Bule dan Rani di danus. Rere-Grano di publikasi dan Rere-Dadit juga di
dokumentasi. Irin dan Rangga di dekor. Inung dan Jovi di perlap. Kharisma dan
Risya di konsumsi. Vena Chael di perizinan. Last but not least, seksi paling
buntut tapi paling penting, Alya dan partnernya Marvi Sitepu di keamanan.
Revival. Soon. As the opening of September.
I’m back. Miss me? Maaf sering nggak ada buat kamu. Maaf nggak bisa menuhin permintaan kamu yang
satu itu. Terlalu berat dan terlalu naïf. Aku punya komitmen yang besar. Aku janji kok
usahain selalu ada buat kamu.
Februari, Maret, April 2012
He is nowhere. We
can’t find him anywhere.
Fak, mana sih ketua gue?? MANA TANGGUNG JAWAB LO???
Yang lain udah keliatan nggak semangat, jenuh, abis, capek,
lemes, ngga ada tenaga. Sementara kerjaan numpuk. Bagi yang punya semangat dan
tenaga sisa mau nggak mau harus kerja ekstra.
Dear, maaf aku hilang
lagi. Aku benar-benar nggak bisa ninggalin yang ini.
April 2012
Bismillah. Semoga dengan proker ini ngembaliin semangat
semuanya. LDKS 1. Konseptornya kompeten semua J
pasti sukses!
Dan… kehadiran mereka, satu persatu, kami merasa ada jiwa
baru yang merasuk. Setidaknya ini awal. Yang kami lihat, wajah polos mereka,
wajah cemerlang itu, siap untuk mereguk ilmu sebanyak-banyaknya, siap memakai
jas abu-abu ini, siap menggantikan kami. Terlebih yang namanya Edo dan Aziz.
Dari dini hari begini mereka sudah memproklamirkan mereka sepasang cakapo dan
cawakapo. Entah buntutnya bagaimana.
Dan entah pesona mereka atau bagaimana, satu persatu semua
kembali, siap tampil dan mengajari mereka banyak hal, semua mau ikut andil
dalam proses pendidikan mereka!
Wawancara:
X: Kamu masuk PO mau
jadi apa?
Y: (yakin) Ketua kak.
X: Ketua? Emang kamu
pikir jadi ketua itu gampang? Emang kamu punya apa?
Y: (makin yakin) Saya
punya niat kak
X: (ketawa nyembur)
HAH? Niat? Makan tuh niat. Kasih makan niat buat kabinet kamu.
Mei 2012
Entah ya, lama-lama aku merasa kembali seperti sedia kala.
Yang rajin berkontribusi di LDKS hanya beberapa yang memang sayang dan peduli
pada mereka. Lama-lama capek. Biar mereka maunya begitu. Toh masih ada aku, dan
sebagian kecil lainnya. Walaupun entah bagaimana caranya harus mengandalkan
jumlah yang kecil iniL
Anyway, dear, bulan
depan kita anniversary 1 tahun. Senang kan kamu? Maaf
ya sering nggak ada waktu buat kamu.
Makin akrab dan sayang sama adik-adik 23 itu. Makin sibuk
revival juga. Makin nggak ada waktu.
21 hari lagi kita
anniversary satu tahun. Tapi mungkin memang aku belum ditakdirkan untuk
merasakan merayakan momen ‘setahunan’. Maaf udah bikin kamu selalu nunggu,
nyariin, kesepian, marah-marah. Maaf. Maaf banget. Makasih buat kenangan hampir-setahun-nya
yang kamu kasih.
Agustus 2012
Sibuk banget Revival. Di keadaan begini, Cae si
Wakil-Paling-Pintar-Sedunia ngelawak dan ngehibur semua panitia yang lagi
pusing dengan urusan nyangkut di genteng di atas podium. Salah satu momen yang
nggak bakal kulupain seumur hidup.
Gue ngga akan pernah lupa komuk ketakutan lo, teriakan panik
lo, dan genteng yang pecah ketindian lo Ce.
Anyway, intermezzo aja kemarin Goldy nunjukkin beberapa video iklan yang super sedih. Terus gara-gara itu anak-anak satu sekre pada nangis kejer semua cuma karena nonton iklan asuransi Thailand :')
1 September 2012
Revival. Semua capek. Semua mau tidur. Semua mau istirahat.
Tapi pas selesai, semua seneng. Semua bangga. Askra bangga dan sayang sama
Pensador. Kami cuma berharap rasa itu ngga bertepuk sebelah tangan.
1.
Luthfi dan Juan
2.
Aziz dan Fito
3.
Edo dan Hari
Siapapun yang menang, kami yakin kalian akan melakukan yang
terbaik, dan nggak akan ngecewain kami.
Jujur aku pribadi ngerasa mereka tiga pasang calon yang sama
kuat, dan sama baik. Jujur bingung mau pilih yang mana. Mau pilih tiga-tiganya,
tapi ngga suka golput. Aku harus milih! Entah siapa.
13 September 2012
Orasi terbuka pemilihan Ketua Pengurus OSIS dan Wakil Ketua
Pengurus OSIS.
Ketiga pasang calon tegak di tengah lapangan, ditonton warga
satu sekolahan, meyakinkan mereka untuk memilih.
Entah. Rasanya baru kemarin kami wawancara mereka. Kenapa
sekarang sudah orasi?
Hari |
Sore 13 September 2012
Benar saja kataku, ketiga pasang calon sama kuat. Di posisi
ketiga, nomor dua dengan total suara 220. Di posisi kedua, nomor satu dengan
total suara 294. Di posisi pertama, nomor tiga dengan total suara…… 299.
Persaingan yang super dramatis. Selamat buat Edo Hari.
Edo |
Malam 13 September 2012
Anyway besok kami LPJ. Harusnya undangan LPJ paling lambat
dua minggu sebelum diadakannya LPJ itu sendiri. Tapi ini H-1 hari kami baru
diberi undangan. Kesal sih. Tapi kan memang harusnya kita sudah memperkirakan
sidang Laporan Pertanggung Jawaban ini diadakan hari Jumat atau Sabtu ini.
Tapi yang paling kasihan ya Nabila. Sidang LPJ pun dia
paling repot sendiri. Milka sebagai sekretaris dua ngga bisa bantu karena ada
urusan paskibra atau entah apa.
Akhirnya kami ramai-ramai ke rumah Goldy, buat LPJ. Ruang
tamu Goldy sudah seperti kapal pecah, laptop, kabel charger, printer, iPad,
iPod, tab, hp, piring sate, bumbu kecap, bumbu kacang, mangkuk saus cakue,
cakue itu sendiri, kue bantal, gelas susu, botol aqua, alat tulis, krayon,
label, dan segala macam benda yang sulit diidentifikasi bentuknya bertebaran di mana-mana. Belum lagi
kertas-kertas entah dari zaman kapan, menutupi tiap jengkal lantai. Ditambah
kami yang tertawa-tawa, teriak-teriak, marah-marah…
Apalagi di situasi genting seperti ini si
Wakil-Ketua-Super-Idiot-Sepanjang-Sejarah, Caessara, kekunci di kamar mandi.
Yang lain pada teriak-teriak dari luar, “kita ngga bisa bantu, Ce, Cuma lo yang
bisa buka. Puter gagang pintunya!” sambil ngomel, lewat ventilasi dia nunjukkin
handle pintu dalam kamar mandi yang copot. Bahkan adeknya Goldy, Jasmine super
imut ikut-ikutan ngetawain Cae. Setelah insiden nyangkut di genteng, ini adalah
kejadian kedua masa SMA yang seumur hidup yang ngga akan bisa kulupain.
Goldy mengeluarkan Samsung Galaxy Tab nya, lalu memutar lagu
kesukaannya, yang tidak pernah kami kenal. Kebiasaan dia sejak dulu. Kurebut
tabnya, lalu kucari lagu yang kami kenal. Satu-satunya lagu yang ada cuma lagu
itu… kupencet tombol play.
“…Kamu sangat berarti, istimewa di hati, selamanya rasa ini.
Jika tua nanti kita tlah hidup masing-masing, ingatlah hari ini…”
Beragam komentar terlontar. Tapi semuanya senada. Sedih,
sebentar lagi demis. Rere mencuri start dengan nangis duluan.
Kepalang basah. Atmosfer galau, lanjutkan!
Kusetel lagu Sheila On 7, lagu perpisahan tertegar sekaligus
tersedih sepanjang masa.
“Jabat tanganku,
mungkin untuk yang terakhir kali, kita berbincang tentang memori di masa itu.
Peluk tubuhku, usapkan juga air mataku, kita terharu, seakan tiada bertemu lagi.
Bersenang senanglah, karena hari ini yang kan kita rindukan di hari nanti…”
14 September 2012
Sidang LPJ. Pagi itu aku berangkat sekolah masih super
ngantuk. Semalam pulang jam sebelas, diantar Daniel sampai depan gang rumah.
Ternyata yang lain (Nabila, Cae, Rere) baru pulang dari rumah Goldy jam 2
malam. Seperti biasa, Nabila terlambat bangun, ke sekolah tanpa mandi.
Istirahat pertama, yel-yel capsis. Jujur ini yel-yel paling
kece yang pernah aku lihat. Apalagi bagian formasi kecap, yang spontan disambut
dengan gemuruh teriakan anak seluruh sekolah J
Paginya, struktur kabinet capsis (yang segera menjadi
Pengurus Osis) sudah jadi. Setelah yel-yel, aku, Rere, Goldy, memberi wejangan
panjang lebar pada Hari dan Edo dalam memilih dan menempatkan teman-temannya di
kabinet.
Setelah istirahat selesai, here we go, Laporan Pertanggung Jawaban Pengurus Osis Navikara Askravidya, masa
bakti 2011-2012.
Aku jadi ingat, LPJ pendahuluku, Viprazura Namrasthira, yang
dulu kusaksikan sebagai capsis. Sindiran tajam dan hinaan halus disampaikan
oleh para pembina. Aku miris mendengarnya. Aku yakin, kali ini nasib kami sama.
Tapi ternyata... MPO memberi tanggapan positif ke kami.
Terlebih buat pidato Daniel. Hmm…. mencurigakan. Apa jangan-jangan kami tipe PO
yang terlalu nurut?
Jam setengah 4, sidang LPJ selesai diadakan. Askra dan
Cista10 berdiri, lalu salaman. Tapi kami tau ini bukan lagi salaman formalitas.
Beberapa dari kami saling pelukan.
Revo, CNP10 kakom 6, teman dekatku dari kelas 10 sampai
sekarang bilang, “Al, ini udah LPJ. Berarti sebentar lagi kita demis.”
16 September 2012
Setahun kurang 2 hari yang lalu, di rumah yang sama, di
ruangan yang sama, di posisi yang sama, dengan orang-orang yang sama. Tapi
dengan perasaan yang berbeda. Tahun kemarin, kami kumpul-kumpul di sini sambil
ketawa ketawa, sambil hepi-hepi main gitar, sambil seneng-seneng. Sekarang,
semuanya kumpul, diam, merenungi semua tentang kami setahun belakangan ini.
Pertanyaan pertama dimulai dari si ketua. “apa kalian puas
dengan posisi yang gue dan Cae kasih?” jawabannya variasi. Ada yang bilang
makasih banyak. Ada yang nyesel dan kecewa sama dirinya sendiri ngga bisa
manfaatin jabatannya dengan maksimal. Ada yang udah sesuai harapan waktu capsis
tapi pas ngejalanin ternyata ngga seenjoy seharusnya…
Dan saat pertanyaan yang sama beralih ke Daniel…
Dia diem. Dia ngga bisa ngomong. Tiba-tiba dia nutupin
matanya yang sipit pake tangannya yang besar. “Sorry banget…” katanya lirih.
Reaksi askra yang lain ada 3: 1. Berdiri, terus nyamperin
dan meluk Daniel; 2. Nangis pecah di tempat; 3. Paket combo keduanya.
Reaksiku lebih ke nomer dua, diem di tempat, nutupin muka
dan sesegukan sendiri.
Untuk beberapa saat semua diam. Sepi. Yang terdengar cuma
isakan beberapa orang yang punya perasaan campur aduk.
Keheningan akhirnya dipecah sama Daniel. Dia merasa udah
sanggup ngomong, dan ucapan yang pertama kali keluar adalah permintaan maaf
atas semua setahun ini. Dia bilang dia bukan ketua yang baik. Dia sering egois,
ninggalin kami demi pelajaran sekolah dia.
Tapi dia bangga banget sama kami, anak buahnya. Dia ngaku, awalnya
dia ngga tau dan ngga ngerasa kalo kami ber13 akan jadi orang-orang yang paling
dia sayang, tapi setelah setahun itu, dia sadar kami paling berharga buat dia...
"Dan pesen gue buat besok, apapun yang kita rasain, gue ngga mau ada satupun dari kita yang nangis karena ngerasa belom ngasih apa-apa buat Askra. Kita udah punya PS, merekalah harapan kita, mereka yang akan nerusin perjuangan kita!"
"Dan pesen gue buat besok, apapun yang kita rasain, gue ngga mau ada satupun dari kita yang nangis karena ngerasa belom ngasih apa-apa buat Askra. Kita udah punya PS, merekalah harapan kita, mereka yang akan nerusin perjuangan kita!"
Sepanjang sisa malam itu, kami mengenang setahun belakangan,
semuanya ada, bahagia, bangga, senang, sedih, marah, benci, puas, kecewa, malu,
kesel… semuanya dimuntahin, ngga ada yang ditutup-tutupin.
“Gue selama ini ngga suka sama lo…”
“Maaf gue jahat sama lo…”
“Gue makasih banget sama lo…”
“Gue sayang banget sama lo…”
“Gue sebenernya kasian sama lo…”
“Gue nggak suka waktu lo kayak gitu…”
Dan malam itu berakhir, tanpa ada sepercikpun dendam.
“Setahun lalu kami
berkumpul di sini sebagai kawan baru. Sekarang, kami berkumpul di sini sebagai
keluarga.” - D.E.H. Hutagaol.
Lari juang kedua. Kali ini kami ada di kanan, dan lari
bebas. Tahun kemaren, aku lari ditinggal sama pendahulu. Tahun ini, ketika aku berniat
melakukan hal yang sama…
Di awal lari, aku sudah lari mendahului yang lain.
Penerusku, Tigor, dengan cepat menyusulku dan terus-terusan mendampingiku. Setelah
sekian jauh, aku berhenti karena penerusku yang kedua, Iim, tertinggal jauh.
Sejenak aku berfikir, untuk apa aku berhenti dan menunggu? Harusnya kan mereka
yang menyusul.
“Mana ada kakak pendahulu yang nungguin penerusnya, selain
kak Alya? Mana ada sih kakak pendahulu yang nungguin penerusnya, selain di
Askra?” aku ingat Goldy bilang begitu waktu aku lari mundur sebentar buat
memastikan Iim ada di belakang.
Oh, come on.
Detik-detik Demisioner
Aku baris tepat di belakang Tigor, sambil mendengarkan
pidato Bu Hasnati yang panjang, serta Pak Erlan yang membacakan susunan kabinet
capsis. Satu sekolah menonton. Podium penuh, balkon lantai dua dan tiga
apalagi. Sebenarnya sepanjang ucapan kepala sekolah, pikiranku tidak di sana.
Entah apa yang beliau bicarakan. Pikiranku kembali ke hari-hari sebelumnya,
awalnya perlahan, lama-kelamaan makin cepat, sampai seperti berlari. Dan
berhenti di memori tanggal 19 September tahun lalu.
Kupandangi Daniel dan Raka yang mencabut bendera OSIS, lalu
dengan khidmat menyerahkan kepada Edo dan Rizal yang bersimpuh di hadapan
mereka. Tanda penyerahan jabatan. Susah payah kutahan air mata. Malu, yang lain
belum ada yang menangis.
Aku tersentak ketika yang lain mulai membuka nametag capsis.
Aku ikut membuka nametag Tigor dan IIm, seraya berkata “dengan ini, saya
nyatakan kalian bukan lagi capsis,” kataku pelan. “dan saya harap, kalian nggak
ngecewain saya.” Lalu nametag-nametag itu kucampakkan ke tanah, seolah-olah
mereka sudah tidak butuh benda itu. Sebagian diriku rasanya seperti ikut tercampak.
Ketika aba aba diambil alih oleh Daniel, lalu meneriakkan
perintah balik kanan bubar jalan, sesaat aku tau, itu adalah teriakkan “Askra!”
terakhir yang kami ucapkan secara resmi.
panjang-panjang-pendek terakhir daniel |
Daniel berdiri tegak, demi bumi dan seluruh isinya, aku
membaca kesedihan yang mendalam di wajahnya. Ekspresi yang paling tidak akan
kulupakan sepanjang hidup.
Ia memegang peluit di tangan kanan, tapi seperti enggan
untuk meniup. Seperti tidak mau melepaskan ‘hak peluit’nya. Ia memejamkan mata
sambil menarik nafas panjang yang berat. Mengumpulkan keberanian dan keteguhan. Tubuhnya bergetar pelan. Detik-detik berikutnya seperti adegan slow motion.
Kode peluit terakhir memekik, merinding aku dibuatnya.
Bersamaan dengan pekikan peluit, tangisanpun pecah. Kanan, kiri, depan,
belakang.
Kami lalu berkumpul dalam satu lingkaran, saling
berangkulan. Cista11 juga berangkulan dalam satu lingkaran, tapi lingkaran luar
yang mengelilingi kami. Sulit dideskripsikan. Masing-masing kami terharu. Air
mata meluncur deras di hampir semua pipi.
Kami, para pemakai jas abu-abu sudah siap mengeluarkan
peluit kami, tapi dicegah oleh Daniel.
“Tunggu, sebelum peluit terakhir kita, gue mau bilang, makasih banget buat Askra, buat Cista11 atas kerja sama selama ini. Keluarnya kita dari sini, ngga ada dendam di antara kita, setuju?” sejenak diam. Daniel siap-siap megang peluitnya. Yang lain juga. Daniel menarik nafas lebih dulu. Wajahnya lecek, sedih. Matanya merah. Ekspresinya berusaha tegar. “Kita tiup peluitnya sama-sama, oke? Di hitungan ketiga ya??”
“Tunggu, sebelum peluit terakhir kita, gue mau bilang, makasih banget buat Askra, buat Cista11 atas kerja sama selama ini. Keluarnya kita dari sini, ngga ada dendam di antara kita, setuju?” sejenak diam. Daniel siap-siap megang peluitnya. Yang lain juga. Daniel menarik nafas lebih dulu. Wajahnya lecek, sedih. Matanya merah. Ekspresinya berusaha tegar. “Kita tiup peluitnya sama-sama, oke? Di hitungan ketiga ya??”
“….dua….” dua.
“tiga…” here it comes.
Bunyi piiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiip super panjang dari 13
buah peluit yang bersahut-sahutan membahana ke seluruh SMAN 81. Telinga memang
pengang, tapi kami tidak mau kehilangan momen ini. Beda denganku. Baru dua kali
meniup aku sudah menyerah. Aku menjatuhkan peluit dari bibir dan menggantung di
tali komando. Aku menunduk sambil merangkul Vena dan Aulia. Menangis sesegukan.
Sungguh habis kekuatan untuk berpeluit bersama.
Beberapa detik yang bikin merinding selesai. Tapi air mata
yang menetes tidak habis-habis. Semua wajah berekspresi sama. Berat. Sedih.
“Yuk seri terakhir dulu. Seri terakhir kita. 10 seri kuat
kan?” kata Daniel lagi. “Oke ambil posisi.”
Kami semua ambil posisi seri melingkar. Nggak, nggak akan
kuat 10 seri. Benar saja. Aku, empat seri pertama memang masih kuat. Dua seri
berikutnya…jatuh gemetar. Hampir semuanya begitu. Kemudian terisak-isak di
tanah. Sisa seri berikutnya, kami menahan sepanjang empat seri. Tak ada yang peduli pada kekacauan seri kami.
Tahan seri yang ditopang dengan siku, tubuh menempel di tanah, sementara
telapak tangan menutupi wajah. Tidak ada yang bisa menggambarkan kesedihan
se-gigantis-ini.
Seri terakhir, kontribusi terakhir, untuk Pensador.
Selesai sepuluh seri, Daniel masih mengomando. “Nah, mereka
udah pake jas,” aku tidak berani menengok ke belakang. Aku tahu mereka sudah
selesai bersimpuh dan disiram oleh orang tua mereka. Sekarang mereka sedang
dipakaikan jas yang juga oleh orang tua. Pasti mereka senang. “sekarang giliran
kita copot jas kita.” Tangisan di sekelilingku makin keras.
“Kita bareng-bareng ya, satu, dua………………..…… tiga.”
Aku mencopot slayer dan kemudian jas. Aku melipat jas itu
lalu memeluknya. Rasanya jas itu sudah seperti benda paling berharga yang telah menemaniku selama setahun ini. Sebuah simbol yang menggambarkan banyak hal; kewibawaan, kepercayaan, amanat, eksklusivitas, kebanggaan, percaya diri, kehormatan, dan masih banyak lagi interpretasi langsung maupun tidak langsung, resmi maupun tidak resmi. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, beginilah rasanya kehilangan hak untuk mengenakannya.
Sisanya, mungkin selama 15 sampai 20 menit penuh, kami
berpelukan satu sama lain, sesama (mantan) Pengurus Osis, atau dengan (mantan)
MPK. Rere dan Revo yang memelukku paling lama. Menangis paling keras. Daniel,
Dito, Resha, Milka, Aulia, Vena juga. Cacan, Nabila. Ichasa, Brenda, Oji, Zuri,
Karrisa, Elza. Izzar, Jundi, Danang (yang ini tumben baik), Arin, dll dll dll.
Lupa.
Lulu dan Meutia menghampiriku ke pinggir lapangan.
Memelukku. Menghibur.
Kemudian Yuyun Mine, teman paling dekat seantero kelas juga
menghampiri. “Aaaaal, pasti sedih banget.” Mereka memelukku bersamaan. “gue
nonton dari atas aja udah mau nangis, gimana elo yang ngerasain sendiri”. Sementara aku makin
terharu. Sambil mengusap mata, aku hanya bisa berkata, “nggak kuat, mereka udah pake jas, udah bukan gue
lagi…”
Formasi. Kami memasangkan talkom kami ke mereka. Kemudian
mereka berbaris sesuai struktur kabinet. Aku berdiri di sebelah Tigor. Tangan
kiriku menggandeng lengannya seperti seharusnya seorang pendahulu dengan
penerusnya. Di tangan kananku tersampir jas
yang sudah tak lagi berarti, tapi menyimpan memori yang takkan terganti.
Kami memutari lapangan, kemudian berhenti di sudut lapangan,
membiarkan mereka melakukan formasi terbaik mereka. Meneriakkan nama kami,
“NAVIKARA ASKRAVIDYA!” puluhan kali. Membentuk formasi huruf N dan A. Kemudian
melakukan hormat kami, hormat yang kami buat dan tunjukkan ke orang-orang satu
sekolah setahun yang lalu. Setelah selesai, Aziz mengaba-aba kembali, dan
mereka memulai satu putaran lagi, putaran mengelilingi lapangan, tetapi beda
nama yang mereka teriakkan. Kemudian mereka membentuk formasi huruf P dan S. “Prasthaziva Sthiradaksa!” Nama yang
sangat asing, tapi tak akan asing lagi. Sthira.
Putaran mereka kini, melewati kami. Kami menjulurkan tangan,
menepuk tangan mereka satu persatu seolah-olah hal ini dapat menyalurkan energi
kami ke mereka yang nampaknya sudah lemas. Aku meneriakkan pada mereka,
kubilang mereka harus meneriakkan nama mereka sekeras mungkin, bangga pada nama
itu, bangga!
Tak lama kemudian, aku mendengar suara yang kukenal baik. "priiiiiit priiiiiit priit!" bukan, itu bukan lagi Daniel, melainkan Alfredo, siswa nomor satu terbaru di 81.
Dan peluit itu bukan lagi peluit untuk kami.
Tak lama kemudian, aku mendengar suara yang kukenal baik. "priiiiiit priiiiiit priit!" bukan, itu bukan lagi Daniel, melainkan Alfredo, siswa nomor satu terbaru di 81.
Dan peluit itu bukan lagi peluit untuk kami.
Selesai Demisioner
Capek, letih, lapar. Ngga punya uang. Cacan janji traktir
nasi goreng Inang. Aku, Rere, Nabila, Cacan, ke advent, istirahat di sana,
berhubung lagi sepi. Di tengah-tengah, ada sms masuk
From: Daniel
17/09/12
13:49
“Askraaa,
kita udah demis, udah bukan pengurus OSIS lagi, gua mau ngucapin sekali lagi
terima kasih seutuh hati gua, buat lu semua yang udah ngisi hari2 gua sebagai
seorang ketua. Lu pada jangan jadi nyebelin yaaa, emang sih kalo nyebelin jadi
ngangenin. Tapi lu semua ga usah nyebelin aja udah ngangenin wey T_T”
Ah Daniel, bikin kegalauan berlanjut.
19 September 2012
Tepat pukul 00.00 (atau 11.57 di hp rere), aku mengirim sms
sepanjang 4 halaman kepada 13 orang yang sudah mengisi hari-hariku yang paling
berharga selama setahun.
To: Daniel;
Dito; Nabila; Milka; Vena; Goldy; Kris; Resha; Irin; Inung; Rere; Kharisma;
Aulia
19/09/12
00:00
19
September, Happy first anniversary NavAs ku.
gue tau kita dilantik jam 10an tapi takut keburu lupa. Makasih ya udah ngisi
hari-hari gue dengan banyak makna. Jangan pernah lupain hari di mana kita lari
juang, dicopotin nametag capsis, dipakein jas, formasi VN dan hormat Zura,
formasi NA dan hormat Askra. Ended with peluit panjang-panjang-pendek pertama
kita, dan seri pertama kita buat Pensador… Sampai akhirnya sekarang nama #NA
udah ga akan bergema lagi di 81, walaupun pasti akan ttp bergaung di hati gue
:3 last but not least, makasih bikin setaun SMA gue ngga sia sia. Askra!
Paginya, aku bangun, masih ngantuk. Maksain berangkat ke
sekolah. Pertama nyapa Revo, “happy anniv Vo!” Kemudian aku duduk di kelas,
terus buka HP. Ada 4 sms masuk dan semuanya askra yang ngucapin happy anniv.
Sms pertama yang
kubuka
From: Nabila
19/09/12
00:42
Askra sangat
berharga. Selama setahun ini udh hadir 13 org yg bikin hidup dunia gua. Semua
keunikan kalian.. Semua advice kalian.. semua semangat kalian di awal hingga
akhirnya kejenuhan pun terlihat di benak kalian.. 14 orang yg memimpin sma 81
gua sangat bangga punya kalian!
I’ll never
forget the first time I saw a few people who dare to only 14 lead the school
forward. Cause we have vision and mission so we’re not afraid of ridicule to
all of you, then we deserve to be taken into account by the school and our
predecessor.
Navikara
Askravidya *tereakpakejalanayam*
Ah Nabila. Salah satu tukang nangis paling kejer waktu
makrab malam demis. Salah satu sekretaris ternggacocok tapi terbaik yang pernah
kami punya. Mataku berkaca-kaca. Terharu. Walaupun grammar Nabila sangat
diragukan.
Sms kedua.
From: Daniel
19/09/12
04:54
Happy 1st
year anniversary Navikara Askravidya *nyanyi*
Setaun
bareng itu bentar ya? :’)
Gua sih
mengasumsikan waktu yang berasa bentar ini karena gua bener2 seneng bisa ada
bareng navikara askravidya
Maafin gua
kalo dulu awalnya gua kayak nelantarin kalian, dan terlalu sibuk ke pelajaran
gua
Maafin gua
kalo gua belom jadi ketua yang baik
Maafin gua
kalo gua sering ngecewain kalian
Saat pertama
pake jas dan dilantik, gua ngga pernah nyangka kalo lu ber-13 bakalan punya
arti sepenting ini dalem hidup gua.
Hari di mana
kita harus ngelepas jas kita, di situlah gua bener2 sadar kalo lu semua bener2
penting.
Btw, gua nulis
message ini sambil sedikit menitikkan air mata :’)
Akhir kata,
thanks berat buat setahun masa bakti, gua sayang banget ama lu semua. Gua
mungkin akan kangen sama sekre, sama talkom, sama peluit, sama pulang sore
dimarahin pak suryo :’) dan segala macem hal. Tapi overall, apa yang ngebuat
gua kangen sebenernya bukan itu semua, tapi sama siapa gua ngerasain itu semua,
dan itu semua sama lu pada woy :’)
:’) ({})
Askra,
Askra, Askra!
Susah payah kutahan air mata. Ngga lucu kalo nangis lagi, di
kelas pula. Buru-buru kusave keempat sms tadi ke folder khusus, ngga akan
pernah didelete dari hp ini.
kesenengan ditraktir. yang nraktir gaikut difoto... |
kaum borjuis |
Sebenernya para kaum borjuis yang bermartabat tinggi ini
enggan mengakui para kaum proletar sebagai kawan, tapi kan sama-sama pake
seragam jadi ga bisa nyangkal….
Selesainya makan, kami kepecah 3, cewek cewek (Rere, Nabila,
Vena, Irin) nemenin Milka belanja. Cowok cowok (Daniel, Kharisma, Cae) ke
toko kaset. Sisanya (aku, Aulia, Resha,
Goldy, Inung) ke Gramedia, soalnya Aulia mau beli buku berhijab. Mungkin Aulia
sudah tobat.
(tumben) fullteam kurang kris |
Akhirnya kami (sebenernya cowok-cowok doang) sepakat main ke
fun world. Bayar kartunya patungan. Pertama mereka main floor dance,
berdua-dua. Paling energik Daniel, paling lincah dan juara Resha (ex frivlouz
gituloh), paling lemes Kharisma, paling bego Cae-_- aku kebagian seksi
dokumentasi pake iPod Kharisma. Tapi akhirnya buat foto-foto sama Aulia. Habis
itu main tinju-tinjuan. Habis itu main basket. Mainan bego kayak anak alay,
tapi mainan yang paling ngga bakal dilupain. Pasti nanti kalo ada reuni askra,
kami ngobrolnya “inget ngga yang pas anniv habis dari hanamasa kita main di fun
world sampe bego?”
Quote malam itu dari Daniel “rakyat jelata mah, bebas mau ngapain aja.”
Well, timeline setahun pas ini mungkin jadi wacana di blog
ku yang paling panjang. Habisnya aku paling nggak bisa ada kenangan, yang
membuncah, tapi ngga ditulis. Kayak sesek, kebelet nulis, kalo didiemin hilang,
sayang dong.
Tulisan ini, semua deskripsinya, jujur nggak lebay. Kami
memang merasakan kayak begini, mengalami kayak gini, berbicara kayak gini, dan
melakukan hal-hal ini. Di hati kami Askra tetap nomer satu, paling utama. Askra
adalah kenangan paling indah yang kami punya selama SMA. Paling berharga.
Mungkin, beberapa momen kecil selama setahun ini ada
penyesalan, kenapa gue jadi PO sih? Ngapain? Ngabisin tenaga. Ngabisin waktu.
Ngabisin duit. Mending duitnya buat jalan. Mending waktunya buat belajar, atau
pacaran. Mending ini mending itu. Sampe kehilangan pacar pun direlain.
Tapi… itu sedikit, super sedikit penyesalan dari kebahagiaan
dan pengalaman yang diraih. Dapet keluarga, dapet temen deket, dapet sahabat,
dapet pride, dapet kepercayaan, dapet kenalan. Dapet segala rupa…
Dan sekarang aku harus kehilangan itu semua?
“Setelah gue besar, gue nangis cuma 3 kali. Waktu kakek gue meninggal, waktu makrab Askra, dan waktu demisioner. Kayaknya gue lebih sayang sama lo semua daripada sama pacar-pacar gue”- NA01
“Kalo gue udah gede, gue keluar negeri ngga akan bawa oleh-oleh. Gue akan bawa lo semua…” –NA11
“Kalo gue nikah, gue ga akan lupa undang lo ber13!” –NA08