biasanya lagu yang bener-bener ngena adalah lagu yang dibuat sesuai kisah nyata. karya yang bagus juga biasanya dibuat sesuai suasana hati pembuatnya. demikian juga sama karya berikut ini. ini puisi bikinan temen gue yang galaunya nggak udah-udah. tugas UAS bikin puisi pun menjadi pelampiasan.
pertama baca, keliatannya puisi ini cengeng banget untuk ukuran laki-laki (dan gue tau kalo dia lagi curhat). tapi setelah gue baca bener-bener, kata-katanya dalem dan filosofinya bagus banget. somehow ini seperti puisi cinta, atau memang puisi cinta, tapi cinta yang udah patah dan nggak bisa direkatin lagi (as if...). tapi yang gue nggak ngerti, dari mana temen-gue-yang-nggak-mau-disebut-namanya-ini bisa menganalogikan kisahnya sebagai matahari dan bulan. sementara cuma Tuhan yang tau dengan pasti kisah cinta mereka, dia bisa bikin seolah mereka benar-benar dua sejoli yang berpisah.
Sapa Matahari
kepada Bulan
Apakah engkau malu menyapaku ?
Aku tidak tahu
Hanya untuk sekedar bertemu melepas
rindu, engkau pun tak mau
Jurang hitam telah menjadi sekat kita
Tejebak dan mengambang tanpa ruang
berpijak
Aku berada diantara ribuan, bahkan jutaan
Mengendap-endap mengintipmu tapi
engkau menutup wajahmu
Selalu ada yang menghalangi untuk
memandangmu
Aku memberimu kehangatan, engkau malah
memberikan keindahan
Untuk yang lain...
Aku mencoba memberimu kehidupan, tapi engkau
tidak menerimanya
Atau memang takdir mengatakan demikian
Pernah kita bersama, lalu terpisah
Pernah kita sangat dekat, tapi engkau
malah berputar menghindar
Aku ingin menggapaimu, untuk kesekian
kali
Apakah kita di izinkan bersama?
Hanya Tuhan yang bisa menjawab
Atau mungkin saat kita bersama
kembali, semua sudah berakhir
Kiamat
A.A
No comments:
Post a Comment