Aku mungkin
bisa beri tahu alasanku menyerah. Tidak ada yang tahu juga bahwa aku punya
sejuta alasan untuk ini, dan aku bisa berikan alasan yang berbeda ke tiap
orang.
Dan ini,
aku beri satu lagi di sini:
Aku merasa
buruk mengerjakan hal-hal ini. Semua yang kurasakan di luar ekspektasiku. Aku tidak
punya kendali atas apapun, aku tidak bisa bergerak dengan bebas.
Rasanya seperti
aku dikurung di sangkar kawat dan sayapku dipotong, kemudian mereka memintaku untuk
terbang. Aku sudah mencoba sebisaku, sekuatku, tapi aku mentok di atap sangkar.
Semua orang tetap menyemangati dan bilang “terbangmu bagus kok, kamu pasti bisa
terbang lebih baik lagi.” Tapi aku sadar, aku tidak terbang. Mungkin aku mentok
di atap sangkar, tapi karena melompat. Melompat bukan terbang. Melompat hanya
bisa sampai sana, terus berhenti.
Aku
menyerah untuk terbang.
Aku bilang
ke orang lain: aku pelari. Aku selama ini pelari. Walau sampai kram kakiku dan
jatuh terguling tubuhku, tapi aku bisa terus berlari.
Akhirnya
mereka bilang “ya, kamu pelari. Sekarang keluar dari sangkar ini, dan
berlarilah.”
Aku keluar
sangkar dengan dagu terangkat tinggi, namun tidak ada yang melihat hatiku
mencelos. Satu kebanggaan dalam diriku runtuh. Kukira aku bisa melakukan apa saja.
Aku bisa melakukan apa saja. Aku sepertinya bisa terbang. Aku punya sayap – walaupun sayap itu direnggut. Aku memang pelari, tapi apa itu berarti aku tidak bisa terbang? Atau mungkin aku hanya tidak berusaha keras belajar terbang?
No comments:
Post a Comment