Wednesday, October 17, 2012

Kisah Pelaut dan Sebuah Perjalanan

Perjalanan ini dimulai begitu saja, hanya dengan niat, tanpa bekal lain selain semangat. Merasa siap, dan terpaksa siap.

Memang ada nahkoda,ada pula awaknya. Ada kompas, ada juga peta. Tapi, jumlahnya kelewat sedikit untuk ukuran kapal sebesar ini. Dan lautnya pun terlampau luas.

Di awal perjalanan, kami tak tahu cara membuka layar, membelokkan kapal, ataupun membuang sauh. Kami bahkan tidak mengerti cara membaca kompas dan menelaah peta.
Kami terpaksa menjadi pelaut gadungan.

Lelah, jenuh menghujam. Hujan, badai, angin. Muak, letih, bosan, capek, capek, capek!

Di tengah-tengah perjalanan, destinasi masih jauh, namun sudah sangat terlambat untuk memutar kapal kembali. Tak ada awak lain yang bisa diandalkan. Nahkoda kami pun menghindar dalam diam.

Keringat dan air mata mengalir deras, bersatu di pipi, kembali terjun ke leher dan dada. Aku tak tahu kapan perjalananan ini akan berakhir. Aku bahkan tak yakin selamat sampai tujuan. Rasanya ogah untuk bertahan. Kadang terpiikir untuk terjun saja ke tengah laut.

Sejenak aku berfikir,
adakah makna di balik semua ini?

Dan ketika aku menyadarinya...

Sekali keluarga, sedarah itu tak dapat dipungkiri. Aku masih punya mereka. Tangan mereka masih bebas untuk kugenggam. Bahu mereka pun masih kosong untuk kusandari.

Perlahan dan tertatih kami belajar bersama. Membaca angin dan membaca arus. Memahami bintang dan memahami satu sama lain.

Lambat laun, kami menikmati semuanya. Kami lupakan tempat tujuan kami. Rasanya ingin tetap berjalan bersama sampai kapanpun, 
walau tiap perjalanan toh ada ujungnya.

Sebuah kebanggaan memimpin kapal, meniti ombak, dan menantang badai bersama kalian.



1 comment:

  1. aku suka dengan perjalanan laut, dari kecil laut bagaikan napas dalam kehidupanku.. hari hariku kuhabiskan disana.. semoga suatu saat nanti aku bisa

    ReplyDelete