Sunday, September 22, 2013

Kisah Perjalanan Menuju Tempat Ini #BridgingCourse

                Jatuh cinta pada kota ini, enam tahun yang lalu, tepatnya ketika saya duduk di kelas dua SMP. Rumah kedua, tepat sekali itulah yang saya rasakan akan Yogyakarta. Manis, lembut, dan sejuk, adalah kata-kata abstrak yang dulu selalu saya gunakan untuk melukiskan kota ini. Hal inilah faktor utama yang mendorong Alya remaja untuk menanamkan kemauan dan cita-cita meraih universitas kerakyatan ini, Universitas Gadjah Mada. Saya bertekad dengan pikiran polos saya, apapun fakultas maupun jurusannya. Dua yang sempat terbersit adalah antara Fakultas Kedokteran dan Teknik Industri.
Berdasarkan hobi saya membaca novel, beberapa tugas mengarang, serta kegiatan rutin berpidato sejak duduk di sekolah dasar, orang tua saya beranggapan ada sekelumit bakat mentah di diri saya pada bidang verbal, menulis dan berbicara. Kelas tiga SMP, pertama kali saya membuat situs blog, jelas didukung kuat oleh orang tua saya yang memang berencana mengarahkan saya ke dunia jurnalistik. Hari demi hari saya habiskan di depan komputer, menulis dan menulis, segala hal yang terbersit di kepala saya, segala hal yang saya jalani di rumah maupun di sekolah. Saya tuangkan seluruhnya walaupun dengan tata bahasa yang masih berantakan dan isi yang sangat tidak penting.
Saat itu saya juga tengah menggandrungi band punkrock Superman Is Dead, sebuah band Indie dari Bali, yang bagi saya istimewa karena peka terhadap masalah sosial, politik, serta lingkungan sekitar. Pada suatu hari, saya menemukan sebuah artikel yang ditulis oleh salah satu personel SID, tentang pluralisme di Indonesia. Pada saat itulah pertama kali kesadaran saya akan dunia sosial tergugah. Saat itu juga saya mengetahui sebuah topik dan objek kajian sosial yang paling saya suka hingga saat ini, yakni konsep pluralisme. Sejak saat itu hampir setiap hari saya mencari artikel-artikel ringan tentang keadaan sosial di Indonesia dari berbagai kacamata.
Masuk ke dunia SMA, saya tanpa ragu meninggalkan cita-cita awal saya, kedokteran dan teknik. Dengan yakin saya meninggalkan dunia IPA karena saya yakin passion saya utuh berada di dunia sosial. Dari anak kuper di SMP, saya SMA bertransformasi menjadi anak yang senang bergaul dan mengenal orang lain. Saya sempat bergabung dengan beberapa ekstrakulikuler, walaupun pada akhirnya hanya satu yang benar-benar saya tekuni, pecinta alam.
Naik ke kelas sebelas, saya bergabung dengan organisasi intra sekolah. Bersama tiga belas orang saudara seangkatan saya, kami memimpin organisi siswa tertinggi di sekolah ini. Kami membawahi semua ekstrakulikuler dan seluruh kegiatan siswa, menjalankan banyak program kerja, serta menjalin hubungan dengan beberapa sekolah tetangga. Tak hanya itu, kepengurusan saya di ekstrakulikuler pecinta alam juga tetap berlanjut. Kami melatih adik-adik kelas, menjaga kontak dengan seluruh alumni, serta berhubungan dengan sispala-sispala di SMA lain. Cukup dengan dua organisasi ini, saya mengenal sangat banyak kakak dan adik kelas, tidak hanya satu bahkan dua, tiga, empat, dan bahkan lebih angkatan di atas dan di bawah saya. Saya juga mengenal banyak anak-anak dari SMA lain yang berasal dari seluruh penjuru Jabodetabek.
Bergabung dengan komunitas pecinta alam membuat saya senang melakukan hal yang baru, dan tentunya hobi jalan-jalan. Begitulah, di kepala saya tertanam bagaimana caranya saya bisa keliling dunia dan mengunjungi tempat-tempat baru, bagaimanapun caranya. Duta besar, diplomat, pegawai departemen luar negeri, wartawan, jurnalis, dan sebagainya adalah tujuan-tujuan karir saya, yang kemungkinan besar bisa mendukung saya untuk pergi--walaupun dalam rangka tugas--keliling dunia. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik, pemantapan saya yang utama. Tak ada keinginan sedikitpun untuk berada di bidang ekonomika ataupun ilmu budaya. Awalnya saya berencana masuk jurusan Hubungan Internasional, dengan Ilmu Komunikasi di pilihan kedua. Namun setelah bertukar pikiran dengan teman-teman, orang tua, guru, serta sharing dengan beberapa alumni, menurut saya Ilmu Komunikasi memiliki bidang yang lebih luas. Jadi saya dengan mantap memasukkan Ilmu Komunikasi UGM sebagai prioritas utama saya.

Maka di sinilah saya, di kota yang saya cintai sebagai rumah kedua setelah tanah kelahiran saya, di kampus kerakyatan impian saya, di fakultas dan jurusan harapan saya, dengan penuh perasaan bangga tanpa ada penyesalan sedikitpun.

No comments:

Post a Comment