Friday, December 1, 2017

Pelari

Aku mungkin bisa beri tahu alasanku menyerah. Tidak ada yang tahu juga bahwa aku punya sejuta alasan untuk ini, dan aku bisa berikan alasan yang berbeda ke tiap orang.

Dan ini, aku beri satu lagi di sini:

Aku merasa buruk mengerjakan hal-hal ini. Semua yang kurasakan di luar ekspektasiku. Aku tidak punya kendali atas apapun, aku tidak bisa bergerak dengan bebas.

Rasanya seperti aku dikurung di sangkar kawat dan sayapku dipotong, kemudian mereka memintaku untuk terbang. Aku sudah mencoba sebisaku, sekuatku, tapi aku mentok di atap sangkar. Semua orang tetap menyemangati dan bilang “terbangmu bagus kok, kamu pasti bisa terbang lebih baik lagi.” Tapi aku sadar, aku tidak terbang. Mungkin aku mentok di atap sangkar, tapi karena melompat. Melompat bukan terbang. Melompat hanya bisa sampai sana, terus berhenti.

Aku menyerah untuk terbang.

Aku bilang ke orang lain: aku pelari. Aku selama ini pelari. Walau sampai kram kakiku dan jatuh terguling tubuhku, tapi aku bisa terus berlari.

Akhirnya mereka bilang “ya, kamu pelari. Sekarang keluar dari sangkar ini, dan berlarilah.”

Aku keluar sangkar dengan dagu terangkat tinggi, namun tidak ada yang melihat hatiku mencelos. Satu kebanggaan dalam diriku runtuh. Kukira aku bisa melakukan apa saja.

Aku bisa melakukan apa saja. Aku sepertinya bisa terbang. Aku punya sayap  walaupun sayap itu direnggut. Aku memang pelari, tapi apa itu berarti aku tidak bisa terbang? Atau mungkin aku hanya tidak berusaha keras belajar terbang?

No comments:

Post a Comment